Senin, 22 November 2010
oleh Aan Dmahesa Misto pada 01 Mei 2010 jam 8:55
bait pertama
tak tertulis dengan terang
sama..
seperti ocehan para pembual
bait kedua
lebih melankolis
mirip..
saat paimin berikan bunga pada painem
harum sekuntum melati tajam bak sebilah belati
bait ketiga
masih rahasia dan tanda tanya
mengapa begitu sulit memilih wakil kita ?
atau karena sudah menjadi legenda ?
setelah bait 1,2,3 dan seterusnya
masih tetap seperti yg sebelumnya
hanya sederet kata bercanda
menghibur ibunda yg sedang menyulam sang saka usang milik mereka,
mereka-mereka para pejuang dan pemegang kekuasaan yg sesungguhnya
mereka-mereka yang kemarin lusa dijanjikan...
mereka-mereka yang dianggap hanya bisa diam...
mereka mereka yang hanya dijadikan penonton opera
"wahai mereka-mereka,kapan kita kibarkan sulaman sang saka milik kita"?
kini saatnya !
tak tertulis dengan terang
sama..
seperti ocehan para pembual
bait kedua
lebih melankolis
mirip..
saat paimin berikan bunga pada painem
harum sekuntum melati tajam bak sebilah belati
bait ketiga
masih rahasia dan tanda tanya
mengapa begitu sulit memilih wakil kita ?
atau karena sudah menjadi legenda ?
setelah bait 1,2,3 dan seterusnya
masih tetap seperti yg sebelumnya
hanya sederet kata bercanda
menghibur ibunda yg sedang menyulam sang saka usang milik mereka,
mereka-mereka para pejuang dan pemegang kekuasaan yg sesungguhnya
mereka-mereka yang kemarin lusa dijanjikan...
mereka-mereka yang dianggap hanya bisa diam...
mereka mereka yang hanya dijadikan penonton opera
"wahai mereka-mereka,kapan kita kibarkan sulaman sang saka milik kita"?
kini saatnya !
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Currently have 0 komentar: